ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
Bismillahrrahmanirrahim,
setelah selesai membaca postingan Part I,
dan saatnya kita membaca lebih dalam
BIOGRAFI LENGKAP USMAN
BIN AFFAN PART IIatau baca Biografi Lengkap Usman Bin Affan Part I
Semasa menjabat khalifah, Usman bin Affan
memiliki jasa besar yang manfatnya masih kita rasakan sampai sekarang. Jasa
besar itu adalah penyatuan penulisan Al-Qur’an.
Pada awal pemerintahan
Abu Bakar ash-Shiddiq, terjadi suatu peperangan yang dilancarkan oleh
orang-orang murtad. Pemberontakan tersebut dapat dipadamkan khalifah Abu Bakar.
Setelah keamanan dalam Negara benar-benar pulih, mu.lailah kaum muslimin
bergerak ke semenanjung Arabia, dari belahan Afrika utara sampai ke India.
Kemana saja islam bergerak dan masuk, disitu pula lah Al-Qur’an ditinggalkan.
Bahkan bukan hanya Al-Qur’an yang ditinggalkan, akan tetapi juga para
penghapalnya. Al-Qur’an yang ditinggalkan ke b erbagai tempat itu beragam
bentuk dan tulisannya. Bahkan beragam pula bacaan dialeknya. Jika keadaan ragam
bentuk bacaan dan dialek Al-Qur’an seperti itu dipertahankan maka akan timbul
malapetaka, perselisihan, dan perpecahan dalam kehidupan masyarakat muslim.
Orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadapkemungkinan pertikaian yang akan
terjadi dikalangan masyarakat islam dalam hal bacaan Al-Qur’an adalah Hudzaifah
bin Yaman. Keadaan semacam itu segeradisampaikan kepada khalifah Usman bin
Affan agar mendapatkan penyelesaian. Adapun langkah awal yang diambil oleh
khalifah adalah meminta kumpulan naskah Al-Qur’an yang berserahkan pada zaman
pemerintahan Abu Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau
panitia pembukuan Al-Qur’an. Anggotanya terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua panitia Abdullah bin Zubair serta Abdurraahman bin Auf sebagai anggota.
Tugas yang harus
dilksanakan oleh panitia tersebut adalah membukukan lembaran-lembaran lepas
dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah buku yang
disebut Mushaf. Dalam pelaksanaannya, Usman menginstruksikan agar penyalinan
tersebut harus berpedoman kepada bacaan mereka yang menghapalkan Al-Qur’an.
Seandainya terdapat perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah yang
berdialek Quraisy. Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy.
Selain Al-Qur’an yang
dikenal dengan Mushaf itu, oleh panitia diperbanyak sejumlah lima buah. Satu
buah tetap berada di Madinah, dan empat lainya dikirimkan ke Mekah,Suriah,
Basra, dan Kufah. Semua Al-Qur’an yang dikirim kedaerah-daerah itu dijadikan
sebagai pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah masing-masing.
Naskah yang
ditinggalkan di Madinah disebut dengan Mushaf Al-Imam. Adapun naskah yang
berbeda dengan naskah Al-Imam dinyatakan tidak berlaku lagi. Perbedaan bacaan
Al-Qur’an masih ditemukan sampai zaman sekarang. Apalagi bila dihubungkan
dengan adanya hadis Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa Al-Qur’an dibaca
dalam bentuk tujuh huruf. Hal ini ditolerir, karena bacaan-bacaan tersebut
diriwayatkan secara mutawatir.
Sebagai akibat dari
tindakan dari Usman bin Affan tersebut, didalam masyarakat islam hanya
diperkenankan satu bentuk mushaf Al-Qur’an.Bentuk ini di akui oleh semua
golongan yang ada dalam masyarakat muslim, baik yang Sunni maupun yang Syi’ah.
Kekhalifah Usman bin Affan
berjalan dengan lancer. Tetapi lama-kelamaan
mulai muncul permasalahan-permasalahan yang semakin membesar dan semakin
meluas di setiap daerah. Sebagai dampak dari prmasalahan-permasalahan tersebut,
pada tahun 35 Hijriah sekitar 500 orang dari Mesir berangkat menuju Mekah.
Alasan kepergian orang-orang ini adalah ingin mengepung pusat pemerintahan dan
memaksa Khalifah untuk melepaskan jabatannya. Bersama rombongan tersebut, dari
daerah lain yakni Kufah, berangkat pula rombongan dengan jumlah yang sama.
Rombongan dari Kufah yang dipimpin Asham Aniri itupu memiliki tujuan yang sama
dengan rombongan dari Mesir.
Mengetahui hal itu,
memaksa Usman bin Affan mengambil tindakan keras. Akan tetapi tindakan Usman
itu malah mendapatkan perlawanan pula dari para pemberontak. Pengepungan dengan
jumlah besar itu sudah dilakukan.
Ali bin Abi Thalib ra.
mati-matian membela Usman. Dia tidak turut ikut-ikutan terbawa pada
tuduhan-tuduhan mereka terhadap Usman. Ali bin Abi Thalib menanyakan keluhan
dan tuduhan mereka. Mereka pun mengatakan, “Usman telah membakar mushaf-mushaf,
salat tidak di qasar sewaktu di Mekah, mengkhususkan sumber air untuk
kepentingan dirinya sendiri dan mengangkat pejabat dari kalangan generasi muda.
Ia juga mengutamakan segala fasilitas untuk Banu Umayyah (golongannya) melebihi
orang lain”.
Tuduhan-tuduhan itu dijawab oleh Ali ra. “Mushaf-mushaf yang dibakar ialah yang mengandung perselisihan dan yang ada sekaranga ini adalah yang disepakati bersama keabsahannya. Adapun salat yang tidak diqasar sewaktu di Mekah, adalah karena dia berkeluarga di Mekah dan dia berniat tinggal disana. Oleh karena itu, salatnya tidak qasar. Adapun umber air yang di khususkan itu adalah untuk ternak sedekah sampai mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat pejabat dari generasi muda, hal ini dilakukan semata-mata karena mereka mempunyai kemampuan dibidang-bidang tersebut. Rasulullah saw. juga pernah melakukan hal yang demikian ini adapun dia mengutamakan kaumnya, Bani Umayyah, karena Rasulullah saw. sendiri mendahulukan Quraisy daripada bani lainnya. Demi ALLAH swt, kalau kunci surga ditanganku, aku akan memasukan Bani Umayyah ke surga.
Tuduhan-tuduhan itu dijawab oleh Ali ra. “Mushaf-mushaf yang dibakar ialah yang mengandung perselisihan dan yang ada sekaranga ini adalah yang disepakati bersama keabsahannya. Adapun salat yang tidak diqasar sewaktu di Mekah, adalah karena dia berkeluarga di Mekah dan dia berniat tinggal disana. Oleh karena itu, salatnya tidak qasar. Adapun umber air yang di khususkan itu adalah untuk ternak sedekah sampai mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat pejabat dari generasi muda, hal ini dilakukan semata-mata karena mereka mempunyai kemampuan dibidang-bidang tersebut. Rasulullah saw. juga pernah melakukan hal yang demikian ini adapun dia mengutamakan kaumnya, Bani Umayyah, karena Rasulullah saw. sendiri mendahulukan Quraisy daripada bani lainnya. Demi ALLAH swt, kalau kunci surga ditanganku, aku akan memasukan Bani Umayyah ke surga.
Setelah mendengar penjelasan
Ali ra. itu umat islam pulang dengan perasaan puas. Akan tetapi para peniup
Fitnah terus melancarkan Fitnah dan merencanakan makar jahatnya. Diantara
mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari para sababat
termuka yang menjelek-jelekan Usman. Mereka juga menuntut agar Usman dibunuh.
Fitnah kejipun terus
menjalar dengan kejamnya, sebagian umat termakan fitnah itu. Pada hari keempat
pengepungan pusat pemerintahan itu terjadilah suatu peristiwa dan tragedy yang
memilukan dalam sejarah islam. Ketika Usman sedang membaca Al-Qur’an, para
pemberontak masuk ke rumahnya dan menebaskan pedang kea rah Usman bin Affan.
Pada saat itu yang di bacanya adalah surat Al-Baqarah ayat 137 yang artinya.
“Maka, ALLAH swt akan memelihara kamu dari api neraka. Dan dialah yang maha
mendengar dan maha mengetahui”.
Ketika dirinya tersimpah
darah, sedikitpun dia tidak beranjak beranjak dari tempatnya. Bahkan tidak
mengizinkan orang lain mendekatinya. Ketika ia rebah dengan bersimbah darah
Al-Qur’an masih terpegang di tangannya.
Pada waktu itu, sebenarnya
Ali bin Abi Thalib sudah memerintahkan kedua putranya, Hasan dan Husen untuk
membela dan melindungi Usman bin Affan. Akan tetapi karena jumlah pemberontak
yang begitu besar Hasan dan Husen tidak dapat berbuat banyak untuk
menyelamatkan Usman.
Fitnah besar yang
mengakibatkan kematian Usman itu disebut dengan “Al-Fitnah al-Kubra” yang
pertama. Peristiwa ini telah merobek persatuan umat islam.
Tag :
Tokoh Islam
0 Komentar untuk "BIOGRAFI LENGKAP USMAN BIN AFFAN PART II"